DEWATA POST |Sitail, Tegal – Seorang mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta bernama Bisri kembali menunjukkan kepedulian dan kepekaan sosialnya melalui partisipasi dalam kegiatan kemanusiaan dengan mengelola dan menyediakan air bersih di desanya Sitail, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah sejak awal agustus (03/08) hingga sekarang.
Bisri mengungkapkan bahwa kegiatan sosial ini merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh pemerintah untuk mendorong mahasiswa berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Bisri, mahasiswa semester 6 (enam) yang terlibat dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa desa ini telah mendapatkan bantuan program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) sejak tahun 2013. Program ini menjadi tonggak penting bagi warga desa yang selama ini mengalami kesulitan akses air bersih. Namun, seiring berjalannya waktu.
Berbagai masalah mulai muncul, seperti rendahnya kesadaran warga masyarakat terkait pembayaran iuran bulanan air bersih yang relafif tidak mencukupi untuk operasional Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola manajemen air bersih tersebut.
Untuk upaya. Mensiasati permasalahan ini, Bisri bersama dengan pengelola BUMDes Setail Exco Mandiri melakukan berbagai langkah strategis. Salah meningkatkan besaran iuran air per kubik, yang sebelumnya Rp 500, menjadi minimal Rp 1.500
Selain itu, pengelola juga menerapkan sistem arisan untuk pemasangan sambungan rumah (SR) baru, guna memastikan bahwa lebih banyak warga dapat menikmati air bersih.
Kepada Dewata Post, Bisri mengungkapkan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis penyediaan air bersih, tetapi juga pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas dan keberlanjutan sumber air.
“Kami rutin mengadakan sosialisasi kepada warga untuk menjaga fasilitas air bersih dan berbagi dengan sesama,” ujar Bisri.
Keterangan Photo : Bisri, menggunakan jaket merah saat berpose bersama rekan sejawat di depan kantor Bumdes.
Meskipun demikian, tantangan besar masih menghadang. Salah satu kendala utama adalah jauhnya sumber air dari desa, yang mencapai 17 kilometer. Jarak ini membuat jaringan pipa sering mengalami kerusakan, terutama di daerah yang rawan bencana. “Kami sedang berusaha mengganti pipa PVC dengan pipa HDPE yang lebih tahan lama, namun anggarannya belum tersedia,” jelasnya.
Bisri juga menyoroti penurunan debit air yang kerap terjadi saat musim kemarau. Untuk mengatasi masalah ini, pengelola berupaya menambah sumber air baru, meski hingga saat ini belum menemukan sumber yang memadai.
“Kami terus berupaya mencari solusi terbaik agar pasokan air bersih tetap lancar, terutama di musim kemarau,” tambahnya.
Program yang dijalankan oleh Bisri dan rekan-rekannya ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah desa dan warga. Kepala Desa Sitail, yang turut serta dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa kontribusi mahasiswa ini sangat berarti bagi masyarakat desa.
“Kehadiran mereka bukan hanya membawa perubahan, tapi juga memberi harapan baru bagi kami,” katanya.
Keberhasilan program ini juga tercermin dari peningkatan jumlah sambungan air bersih. Hingga kini, jumlah SR telah meningkat menjadi 311 unit, yang melayani 1.200 jiwa dari total 2.800 jiwa penduduk desa. Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan kondisi awal, di mana hanya terdapat 33 SR.
Meskipun banyak tantangan, Bisri merasa optimis bahwa program ini akan terus dikembangkan dan dirinya berharap ke depannya semakin banyak pihak yang terlibat dalam upaya ini, termasuk unsur pemerintah dan swasta, sehingga akses air bersih yang layak konsumsi dapat dinikmati oleh seluruh warga desa Sitail.
Menurut seorang tokoh masyarakat setempat H.Subur (56) Kegiatan ini menjadi bukti nyata dari kepedulian mahasiswa terhadap masalah sosial di lingkungan sekitar. Dengan semangat gotong royong dan kerjasama yang kuat, Bisri dan timnya berupaya memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat. Langkah mereka diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan serupa di masa depan.
( Herman Mo )