DEWATA POST | Guci, Tegal – Masyarakat kabupaten Tegal khususnya sekitar obyek wisata air panas Guci di desa Rembul Bojong, Kabupaten Tegal – jawa tengah, terkenal memiliki khazanah budaya yang diwujudkan dengan berbagai tradisi warisan nenek moyang. Salah satu tradisi warisan leluhur yang hingga kini masih dipertahankan adalah Ruwat Bumi setiap bulan Muharam atau Sura.
Adat penyelenggaraan sedekah bumi atau ruwat bumi digelar sebagai upaya nguri-uri budaya atau menjaga warisan leluhur, tradisi ini juga dipercaya dapat menjadi magnet menarik minat wisatawan untuk datang berulang ulang ke wisata air panas Guci yang memiliki banyak keunikan, apalagi tradisi ruwat bumi ini tergolong memiliki kekhasan dan konon sudah berjalan puluhan tahun dan diwariskan turun-temurun yang digelar setiap bulan Muharam atau Sura.
Tradisi Ruwat Bumi dari segi spiritual, merupakan ungkapan rasa syukur penduduk sekitar obyek wisata pemandian air panas Guci diantaranya desa Rembul, desa Guci, Pedukuhan Pekandangan dan sekitarnya, atas diberikannya rahmat Tuhan agar lebih mendekatkan diri dan menambah ketaqwaan dan keimanan waga penduduk sekitar.
Menurut budayawan Tegal Teguh PH sedekah bumi merupakan wujud penghormatan kepada leluhur yang mewariskan kekayaan alam kepada anak cucu berupa lahan pertanian subur yang luas, udara dan air yang belum tercemar, serta hutan yang terjaga kelestariannya.
Gelaran Ruwat Bumi Guci diadakan bertepatan pada hari Jumat kliwon (12/07) yang dihadiri pejabat jajaran Forkompinda, Forkompicam, Kades Guci.H.Sholeh dan kades Rembul H.Ibnu Efendy. Acara dimulai dengan prosesi arak-arakan atau karnaval, dilanjutkan dengan memandikan kambing kendit, dilanjutkan grebek gunungan hasil bumi.
Lestarinya prosesi tersebut mengandung makna spiritual dan pelestarian budaya lokal, sebagai contoh adanya kambing kendit, disebutkan bahwa kambing yang dimandikan memiliki corak putih yang melingkar di bagian perut hingga punggung menyerupai kendit atau ikat pinggang.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Akhmad Uwes Qoroni, M.T dalam sambutannya menyampaikan bahwa ruwat bumi ini merupakan wujud dari upaya melestarikan adat budaya sebagai bentuk rasa syukur warga desa guci dan sekitarnya atas rahmat karunia yang diterima serta sebagai bentuk permohonan agar diberi ketenteraman dan keselamatan kepada seluruh warga.
“Saya juga berharap, tradisi ini dapat menumbuhkan kecintaan warga kepada kelestarian lingkungan, dimana kelestarian lingkungan tentunya menjadi kewajiban semua warga untuk menjaganya”. Ujar mantan Kadinas Perhubungan tersebut dengan seksama.
Pada akhir acara ruwat bumi dilakukan pemotongan tumpeng dan doa bersama yang dipimpin oleh mantan kades Guci Romo Basuki Rochmat yang berlanjut dengan acara rebutan gunungan hasil Bumi.
(Herman Mo)