Nganjuk, Dewata Post – Tinggal di balik Jeruji besi bukan berarti alasan untuk tidak berkarya, di dalam bui hanya mengurung fisik Sejumlah napi yang memiliki jiwa kreatif. Seperti sejumlah napi di Nganjuk ini tetap bebas berkarya, bahkan menemukan jalannya. Berbekal cutter, lem dan stik es krim, mereka mampu menghasilkan sebuah karya seni yang bernilai.
Mereka membuat miniatur motor besar, mobil, perahu, dan lain-lain. Kreativitas yang dimiliki sejumlah napi saat ini salah satu hasil tempaan di dalam rutan.
“Kalau di sini alatnya terbatas, jadi harus memaksimalkan imajinasi,” kata karutan Nganjuk, saat ditemui Dewata Post di kantor Rutan Klas IIB Kabupaten Nganjuk, Rabu (3/4).
Saat ditemui Dewata Post, banyak warga binaan tengah sibuk membuat miniatur motor besar. Berada di ruang Balai Latihan Kerja (BLK) Rutan, mereka tampak serius menggabungkan potongan-potongan stik es krim dengan menggunakan lem.
“Bahan bakunya biasanya disediakan petugas, saya dan teman-teman nanti yang nyusun, bagian demi bagian hingga masuk ke bentuk spare part,” ujar salah satu WBP.
Sebut saja Nurdin, pria ini mampu membuat mainan berukuran kecil selama 2 hari. Sedangkan ukuran besar seperti miniatur kapal pesiar bisa memakan waktu 1 minggu.
“Modal awalnya biasanya habis stik es krim seharga Rp 20 ribu dan lemnya habis Rp 60 ribu,” rincinya.
Untuk satu miniatur motor besar, mereka menjual seharga ratusan ribu rupiah. Sedangkan yang kecil seharga Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu. Tergantung ukuran serta habisnya bahan baku.
“Pesanan hampir tiap hari ada, baik itu dari pembesuk kadang juga dari teman,” tambahnya.
Dari semua hasil karyanya, yang paling banyak diminati yakni kotak tisu berukuran 30 x 22 cm. Sebab, kotak tisu tersebut diberi ukiran bunga sehingga tampak lebih menawan.
“Kotak tisu saya jual dibawah Rp. 50 ribu saja, tergantung ukurannya,” papar dia.
Meski bahan bakunya dari stik es krim, hasil karyanya dijamin awet. Pasalnya, setiap karya selalu diberi pernis.
“Biar mengkilap, bagus dan awet,” lanjutnya.
Kepala Rutan Klas IIB Nganjuk, Bambang Hendra Setyawan menambahkan, kegiatan ini juga merupakan kegiatan untuk mengisi waktu luang selama menjalani masa hukuman.
“Selain keterampilan merubah stik es krim menjadi nilai jual yang lumayan, warga binaan perempuan juga menghasilkan karya seni yang spektakuler, yaitu tas dari rajutan benang” ungkapnya
“Disini, para petugas mendukung dengan membantu mereka dalam menjual karyanya. Caranya dengan memajang hasil karya para napi di dekat kantin. Agar selain pembesuk, para petugas atau napi lain bisa tertarik dan membeli hasil karya mereka” tambahnya.
“Sekaligus untuk bekal mereka ketika keluar dari lapas bisa menjadi modal usaha mereka,” pungkasnya.
(Red)
(Red)